Tuesday, July 28, 2020

Pertamina Uji Coba Produksi Avtur Campuran Minyak Sawit Akhir 2020

Jakarta - Pertamina sedang mempersiapkan kilang Cilacap untuk dapat menguji produksi avtur verte pada akhir tahun 2020. Ini mengikuti tes sukses produksi Green Diesel D100 di kilang Dumai dengan 1.000 barel per hari.

CEO Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan bahwa pada akhir tahun 2020 Pertamina akan melakukan uji produksi pertama Green Avtur dengan minyak kelapa sawit atau injeksi co-processing 3% CPO yang kemudian diproses. Harga pertamina dex

Sehingga getah, kotoran, dan bau (minyak kelapa sawit yang disuling, dikelantang dan dihilangkan bau) hilang di kilang Cilacap yang ada.

"Tes hijau avtur merupakan bagian dari peta jalan untuk pengembangan biorefinery Pertamina untuk mendapatkan energi hijau di Indonesia. Selain kilang Dumai, yang berhasil mengubah 100% minyak dari kelapa sawit di Indonesia. Green Diesel D100, Pertamina juga akan membangun 2 (dua) biorefineries independen lainnya, terutama di Cilacap dan Plaju ", kata Nicke dalam siaran pers resmi, Kamis (23/07/2020). SPBU terdekat

Biorefinery independen Cilacap akan dapat menghasilkan 6.000 barel energi hijau per hari. Sedangkan biorefinery independen Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari. Dua biorefineries independen suatu hari nanti akan dapat menghasilkan diesel hijau dan Green Avtur dengan minyak sayur 100%.

"Pertamina terus menyelaraskan dengan tren pasokan energi global dengan meneliti keberadaan energi hijau. Selain Green Diesel dan Green Avtur yang akan diuji, Pertamina juga telah melakukan tes untuk bensin hijau." Beberapa perusahaan global telah Kami mampu mengubah minyak sawit menjadi diesel hijau dan avtur hijau, tetapi untuk bensin hijau, Pertamina adalah yang pertama di dunia, ”tambah Nicke.

Bensin hijau telah berhasil diuji di kilang Plaju dan Cilacap dari 2019 hingga 2020. Di mana Pertamina dapat memproses bahan baku minyak sawit dengan injeksi hingga 20 persen.

Sesuai Arahan Presiden

Menurut Nicke, upaya Pertamina telah dilakukan sesuai dengan arahan presiden untuk mengoptimalkan sumber daya internal dalam rangka memperkuat keamanan energi nasional, kemandirian dan kedaulatan.

Nicke juga menambahkan bahwa energi hijau akan menggunakan minyak sawit domestik yang berlimpah sebagai bahan baku utama. Dengan demikian, produk Green Energy memiliki TKDN yang sangat tinggi. Langkah ini juga positif karena akan mengurangi defisit transaksi negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Awal pekan lalu, Pertamina menyampaikan tes sukses produksi Green Diesel D-100 yang mencapai 1.000 barel per hari di fasilitas yang ada di kilang Dumai.

D100 diproses dari 100% RBDPO menggunakan katalis yang diproduksi oleh Pusat Penelitian dan Teknologi Pertamine dan ITB. Saat menguji kinerja dalam uji jalan 200 km, D100 digunakan sebagai bahan bakar yang dicampur dengan Solar dan FAME. Itu kemudian terbukti menghasilkan bahan bakar diesel berkualitas lebih baik dengan jumlah setana yang lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan emisi knalpot yang lebih rendah dan penggunaan bahan bakar yang lebih efisien.

"Terima kasih kepada pemerintah dan semua pihak terkait atas dukungan penuh mereka untuk Pertamina." Dari demonstrasi ini, tunjukkan bahwa dari sudut pandang teknis, produksi Pertamina sudah siap, jadi kita harus berpikir sehingga aspek ekonomi juga dapat direalisasikan, "simpul Nicke.

Konsumsi Avtur Merosot selama Pandemi Corona

Operasi Pemasaran 3 PT Pertamina (Persero) Regional (MOR) 3 mengklaim bahwa konsumsi bahan bakar penerbangan terus menurun, selama pandemi coronavirus (Covid-19) yang baru.

Tengku Fernanda, direktur pelaksana Pertamina MOR 3, mengatakan selama pandemi Corona, perjalanan udara menurun. Kondisi ini memengaruhi konsumsi bahan bakar penerbangan yang menurun drastis.

"Penurunan penjualan bahan bakar penerbangan sangat dalam karena beberapa penerbangan telah hilang," kata Fernanda di Jakarta, Jumat (24/4/2020).

Menurut dia, pengurangan konsumsi bahan bakar penerbangan akan meningkat dengan kebijakan menghentikan operasi penerbangan terkait dengan larangan pulang, untuk mengurangi transmisi virus corona.

"Konsumsi bahan bakar penerbangan telah berkurang secara signifikan sehingga stok di Depot Pesawat Isi Ulang (DPPU) hampir penuh, tidak perlu menambah stok lagi," katanya. -dia menyatakan.

Bandara Soekarno Hatta

Dia mencontohkan, di bandara Soekarno Hatta, konsumsi bahan bakar penerbangan dalam kondisi normal mencapai 7.000 kilo liter (kl) per hari, sementara sekarang berkurang menjadi sekitar 1.400 kl per hari. hari.

Dia juga memperkirakan bahwa konsumsi bahan bakar penerbangan di bandara akan turun menjadi sekitar 200-300 kl dengan adopsi kebijakan mematikan penerbangan komersial.

"Ini akan lebih dalam pada contoh Soekarno Hatta, jika penerbangan hanya dilarang untuk pesawat tertentu, mereka akan turun menjadi 200-300 kl," pungkasnya.

No comments:

Post a Comment